BAHENOLNYA MAMA TEMANKU


Perkenalkan namaku Tora Sudiro (teman-teman biasanya memanggilku Tora). Umurku 29 tahun. Postur tubuhku standar bule. Tinggi 185 cm, berat 82 kg. Wajahku biasa-biasa saja. Sekarang aku bekerja di salah satu perusahaan garmen di Medan, bagian marketing. Aku tinggal sendiri di sebuah tempat kost di Medan karena orangtuaku tinggal di Pematang Siantar.  Awal cerita, aku berkenalan dengan seorang cowok sebut saja Hendrik. Kebetulan Hendrik satu kantor denganku dan dia adalah manager saya. Sejak perkenalan itu, akhirnya kami semakin akrab dan akhirnya bersahabat. Itu karena kami mempunyai banyak persamaan pada diri masing-masing. Kami suka clubbing (dugem). Setiap malam minggu kami selalu menghabiskan waktu untuk dugem bersama cewek kami masing-masing. Yah, double date begitulah. Hendrik termasuk keluarga orang berada. Itu terlihat dari rumahnya yang megah dan beberapa mobil mewah yang nongkrong di garasinya. Maklumlah, orang tuanya pengusaha furniture antik untuk dikirim keluar negeri tapi dia lebih suka bekerja di luar daripada membantu orang tuanya.Pertama kali aku main ke rumahnya, aku dikenalkan kepada Mamanya (kebetulan waktu itu Papanya nggak ada karena pergi ke Yogya untuk mencari barang-barang antik)."Ma, kenalin ini teman kerja Hendrik, Namanya Tora", kata Hendrik sambil memeluk pinggang Mamanya.  "Saya Tora, Tante", ujarku.  Ibunya berkata, "Merry. Panggil saja Tante Merry. Silakan duduk".  "Makasih Tante". Wow, halus banget tangannya.. Rajin pedicure nih.  Setelah aku duduk, Hendrik berkata, "Tora, kamu ngobrol dulu sama mamaku. Aku mau mandi dulu. Gerah nih abis mancing. Kalo kamu pengen mandi juga, pake aja kamar mandi di kamarku. Aku mandi di atas. OK?"  "Gak deh, nanggung ntar juga pulang", jawabku.Posisi dudukku dengan Mamanya berseberangan di sofa antara meja kaca. Gila!, aku nggak nyangka Mamanya sexy banget.. Sebagai gambaran buat para pembaca, umurnya kira-kira 41 tahun, wajahnya cantik keibuan, kulitnya putih bersih dengan rambut ikal sebahu, postur tubuhnya ideal tidak terlalu gemuk. Ukuran payudara nya kira-kira 36B, bentuknya bulat pula. Enak banget nih kalo diisep, pikirku.Memecah sepi, iseng-iseng aku bertanya, "Oom kemana Tante?", padahal aku sudah tahu dari Hendrik kalau Papanya sedang ke Yogya.  "Kebetulan Oom pergi ke Yogya lagi cari barang-barang antik. Soalnya ada pesanan dari Malaysia. Mungkin sebulan lagi urusannya selesai. Sekarang cari barang-barang antik agak susah. Nggak kayak dulu", jawabnya.  "Tora satu kantor sama Hendrik?", tanyanya lagi.  "Iya Tante, tapi Hendrik manager saya sedangkan saya bagian marketing. Kebetulan saya sama Hendrik suka mancing. Jadi sering ngumpul", jawabku.  "Oo.. Begitu"  "Tante mau nanya nih, teman Tora ada yang punya barang antik nggak?"  "Wah, kalo itu saya kurang tau Tante. Tapi mungkin nanti saya bisa tanya ke teman-teman"  "OK. Tante ngerti. Gini aja, seandainya ada teman kamu yang punya barang antik, telepon Tante ke nomor ini.. (sambil memberikan sebuah kartu nama lengkap dengan nomor HP) nanti kamu pasti dapat komisi dari Tante, gimana?"  "Siip deh Tante..", wah, lumayan nih bisnis kecil-kecilan.Setelah berbasa-basi, Hendrik datang sambil berkata.."Keliatannya seru, lagi ngobrolin apaan nih?"  "Ini.. Mama lagi ngomongin bisnis sama Tora. Gimana? Udah segeran?"  "Udah dong Ma.."  "Ntar sore anterin Mama belanja ke Club Store ya.. Stok di kulkas sudah mulai habis tuh. Tora ikut?"  "Nggak deh Tante. Makasih. Soalnya banyak tugas yang belum selesai dikerjain. Lagian saya belum mandi"  "Ok, deh Drik, aku pulang dulu udah sore nih", jam di tanganku menunjukan angka 6:10 menit.  "Ok hati-hati Tora.. Sampai ketemu besok di kantor"  "Permisi Tante"  "Iya.. hati-hati ya Tora.. Inget telepon Tante kalo ada barang antik OK?"Setelah aku start motorku, aku langsung pulang. Sesampainya di rumah aku langsung mandi karena badan rasanya lengket semua.Sejak saat itu aku sering membayangkan Tante Merry, walaupun aku sudah punya cewek yang sering kuajak ngewe. Terkadang aku ngewe cewekku tapi aku membayangkan sedang ngewe Tante Merry. Sampai colipun aku tetap membayangkan dia. Puas rasanya. Walaupun aku merasa sedikit berdosa sama Hendrik. Ternyata nafsu mengalahkan segalanya. Aku juga termasuk orang yang pandai menyembunyikan sesuatu.Selang empat hari dari perkenalan itu, aku tidak melihat Hendrik di kantor. Untuk mencari tahu, aku telepon Hendrik ke HP-nya."Drik, kamu hari ini nggak masuk kenapa? Sakit atau ngewe?", candaku.  "Gila kamu ngatain aku ngewe.. Aku lagi dalam perjalanan ke Yogya nih. Sorry aku nggak sempat ngasih tau kamu. Buru-buru sih", jawabnya dari seberang telepon.  "Ngapain kamu ke Yogya?", tanyaku lagi.  "Kemarin malam Papaku nelpon, aku disuruh bawain laptop yang isinya katalog. Buku katalog yang dia bawa kurang lengkap"  "Ngapain susah-susah. Paketin aja kan beres?"  "Wah, resiko Tora. Lagian sekalian aku liburan di sini. Yah, sambil cari partner ngewe barulah.. Rugi dong aku udah minta cuti 2 minggu cuma buat jalan-jalan"  "Nggak ngajak-ngajak malah bikin ngiler aja"  "Sorry banget Tora.. Hahahaha.." setelah itu telepon ditutup. Sialan, pikirku.Bengong di kantor.. Tiba-tiba terbayang lagi Tante Merry. Aku ada akal nih.. Semoga berhasil. Iseng-iseng aku SMS ke nomor HP Tante Merry, pura-pura menanyakan Hendrik. Isi SMS nya begini, "Tante, ini Tora. Hendrik kok ga msk kantor? Sakit ya? Tadi saya tlp ke hpnya tp ga nyambung2″Setelah beberapa detik SMS terkirim, HP-ku berdering.. Kulihat nomornya, ternyata dari no telepon rumah Hendrik. Yes! Teriakku dalam hati. Tanpa basa-basi, langsung aku angkat."Hallo.." ucapku.  "Hallo, ini Tora?"  "Iya.. Ini Tante Merry ya?"  "Lho kok tau?"  "Nomor telepon rumah Tante tercatat di sini. Hendrik sakit ya Tante?"  "Lho, kamu nggak dikasih tau sama Hendrik kalo dia ke Yogya?"  "Hah, ke Yogya? (aku pura-pura kaget) Yang bener Tante. Kapan berangkatnya?"  "Kamu kok kaget banget sih. Berangkatnya tadi pagi banget sama Rudy. (Rudy bekerja sebagai asisten Papanya) Mungkin karena buru-buru jadi nggak sempat ngasih tau Tora".  "Kira-kira kapan pulangnya Tante?"  "Yah, mungkin 2 minggu lagi. Sekalian refreshing katanya".  "Wah, kasihan yah Tante jadi kesepian.."  "Iya nih.. Tora ke sini dong. Temenin Tante ngobrol. Itu juga kalo Tora nggak sibuk."Horee!! Sorakku dalam hati. Kesempatan emas nih.. Gak boleh disia-siakan."Hmm, gimana ya..(pura-pura berpikir) OK deh Tante. Lagian saya nggak sibuk ini. Jam berapa Tante? Sekalian saya mau belajar bisnis sama Tante".  "Bener nih Tora nggak sibuk? Kalo Tora mau, dateng aja jam 6 sore. Gimana?"  "OK Sampai ketemu nanti. Saya urus kerjaan dulu".  "OK Tante tunggu ya.. Bye.."Setelah menutup telepon aku bergegas pulang dan mandi. Karena waktu sudah menunjukkan angka 4:55 menit. Jam 5:50 menit aku sudah sampai di rumahnya. Di pintu gerbang, ternyata aku sudah disambut oleh seorang pembantu. Pembantu itu bertanya.."Mas Tora Sudiro , ya?"  "Iya. Kok Mbak tau?"  "Tadi Ibu bilang kalo ada tamu yang namanya Tora suruh masuk aja. Gitu. Ayo silakan masuk Mas".  "Terima kasih Mbak".  "Sama-sama"Begitu masuk, langsung kuparkirkan motorku di garasi berjejer dengan mobilnya. Lalu aku melangkah menuju ruang tamu. Tante Merry sudah duduk di sofa."Sore, Tante.. (aku sempat kaget begitu lihat Tante Merry yang sedang mengenakan pakaian senam dan keringat membercak di antara belahan payudara nya. Apalagi putingnya terlihat menonjol karena tidak pakai BH. Bentuknya masih mengkal, jadi gemas liatnya. Sesekali aku menelan ludah karenanya)."Ayo, masuk aja Tora. Silakan duduk. Sorry Tante masih keringatan. Jangan malu-malu. Anggap aja rumah sendiri. Ternyata kamu tepat waktu. Tante suka orang yang selalu tepat waktu".  "Kebetulan aja Tante.."  "Tora, Tante bisa minta tolong nggak?"  "Tolongin apa Tante?"  "Tolong pijatin kaki Tante ya.. Sebentar aja. Tadi Tante aerobik nggak pemanasan dulu jadinya kaki Tante kram".  "Boleh deh. Tapi saya nggak jago pijat lho Tan".Tanpa berkata apa-apa, Tante Merry merebahkan tubuhnya di sofa dan memejamkan matanya kemudian kakinya diletakkan di atas pahaku. Dia sengaja melebarkan sedikit kakinya sehingga aku dapat melihat bulu-bulu bibir ngewe nya yang terjepit di antara selangkangannya. Penis ku sedikit mengeras dibuatnya, ditambah bau keringat bercampur bau bibir ngewe yang khas. Oh.. Aromanya semakin terasa..Aku mulai memijat betisnya. Oh mulus sekali kulitnya. Sekitar 5 menit memijat betisnya, tanganku naik ke pahanya. Mulanya dia diam saja. Lalu aku beranikan diri menaikkan pijatanku ke pangkal pahanya."Hmm.. Enak Tora. Kamu pinter.. Ya.. Di situ Tora.."Aku sengaja meremas-remas pahanya semakin naik hingga jari kelingkingku menggesek-gesek bibir ngewe nya yang masih dibalut baju senam itu. Aku pura-pura tak merasakannya. Mendapat pelakuan seperti itu, dia malah melebarkan pahanya namun matanya masih terpejam. Nafasnya pun sudah tidak beraturan. Melihat dia sudah bernafsu aku menghentikan pijatanku. Lalu dia membuka matanya.."Kok berhenti Tora? Tora capek ya?". Dari tatapan matanya seolah dia ingin aku agar tidak berhenti menggesek-gesekkan jariku di bibir ngewe nya.  "Nggak Tan. Cuma kalo posisinya gini kurang nyaman aja. Lagian nggak ada yang ditonton. Kan nggak semangat"  "Ya udah, kita pindah aja ke kamar Tante. Disana ada TV-nya. VCD juga ada, jadi kamu mijatnya kan bisa sambil nonton", lalu Tante menarik tanganku menuju lantai atas ke kamarnya.  "Nah, ini kamar Tante. Tante rebahan dulu, kamu pasang VCD-nya", wow, kamarnya luas. Mungkin 3 kali luas kamar kostku. Lengkap dengan home theaternya.  "Pilih aja film yang kamu suka", Tante menyuruhku sambil rebahan di springbednya.Sedang asyik-asyiknya memilih-milih, tanpa sengaja kulihat sebuah CD yang diletakkan di bawah VCD player. Setelah kulihat ternyata CD BF bertuliskan Vivid."Kalo nonton yang ini boleh nggak?" tanyaku sambil menunjukkan CD-nya ke Tante Merry.  "Oh itu. Boleh aja. Tapi pijatnya tetap konsentrasi ya..?"  "Beres..", jawabku sambil memasukkan CD ke playernya.Dengan posisi tubuhnya tengkurap menghadap TV, dan aku duduk di sebelahnya."Tadi kan udah paha, sekarang tolong pijatin punggung Tante yah. Pijatan kamu enak Tora"Aku mulai meletakkan jari-jariku di punggungnya dan meremas-remas, sedang dia asyik menonton VCD yang aku putar. Pas adegan cewek bule yang bibir ngewe nya dihisap dan dijilati oleh cowok negro, aku pura-pura bertanya.."Tan, kalo cewek dijilatin gitunya enak ngga sih?"  "Tante sendiri nggak tau rasanya. Soalnya sama Oom nggak pernah digituin. Lagian jijik ah.."  "Ah, masa sih Tan? Kata teman saya rasanya jilatin bibir ngewe itu enak-enak asin. Banyak cewek yang suka kalo bibir ngewe nya dijilatin", ujarku sambil tanganku meremas-remas bokong nya.  "Emangnya kamu nggak pernah? Kenapa nggak cobain punya pacarmu?"  "Coba kalo saya punya pacar, mungkin saya nggak penasaran kaya gini" (Aku berpura-pura tidak pernah mencobanya, padahal sudah sering).  "Tante juga penasaran sih pengen dijilatin. Tapi Oom nggak bakal mau deh", mendengar kata-katanya aku langsung nekat meremas payudara nya dari belakang dan kudekatkan bibirku di telinganya..  "Tora mau jilatin bibir ngewe Tante sekarang", ujarku sambil memasukkan lidahku di telinganya, kujilat cupingnya.. Dia hanya mendesah..  "Ohh.. Tora.. Hmmpp.."Sebelum dia berkata apa-apa, kusumbat bibirnya dengan bibirku. Sekejap kemudian dia lalu dia membalikkan badannya. Kami berciuman dengan ganasnya. Lidahnya menyapu setiap dinding-dinding mulutku."Sejak pertama saya melihat Tante, saya sering membayangkan bersetubuh dengan Tante, abis Tante sexy banget sih", sambungku.  "Ah masa sih Tante sesexy itu?"  "Serius Tan"Sambil terus berciuman, tangan kananku menjelajah ke selangkangannya. Dia semakin agresif menyedot bibirku. Ciumanku turun ke lehernya, kujilat lehernya.."Sshh.. Tora.. Ahh.. Shh.." tangan kanannya mulai meraih penis ku yang sedari tadi sudah mengeras.. Kurasakan nafasnya sudah mulai tak teratur.  "Keluarin penis mu Tora.. Ahh.." dia berhasil mengeluarkan penis ku dan mengocoknya.. Aku hanya bisa menikmatinya.  "Taantee.. Eenaak baangeett.. Ahh.. Shh.."Kubuka bajunya hingga tersingkaplah dua bukit kembar dengan puting berwarna coklat. Kuhisap puting payudara nya yang kiri. Dia semakin keras mengocok penis ku."Sabar yah Tante, saya bukain dulu baju Tante.."  "Iya.. Ahh.. Stt.."Setelah membuka bajunya, kini yang terlihat hanya tubuh sexy Tante Merry dengan gundukan bukit berbulu yang terlihat sedikit mengeluarkan cairan. Tanpa menunggu lagi, aku membuka semua pakaianku sehingga aku telanjang bulat."Wow.. Lumayan juga penis kamu Tora", ujarnya sambil memegang penis ku.  "Punya Oom nggak segini besar..", dipandanginya penis ku dengan tatapan heran.  "Ini juga belum maksimal Tante.. Daripada cuma diliatin, isep dong Tan. Ntar tambah panjang"Dengan posisi aku berdiri menghadap ranjang dan Tante Merry menungging di atas kasur, dia dengan lahap menghisap penis ku. Dijilatinnya lubang kencingku, sedang tangan kirinya memijat-mijat buah pelirku."Hmm.. Terus Tan. Enak.. Ohh.. Aagak keraas Taan.."Setelah 5 menit menjilati penis ku, aku menyuruhnya rebahan. Kubuka kakinya lebar-lebar hingga tercium aroma yang lezat sekali."Mau diapain Tora?"  "Tante tenang aja. Yang penting Tante puas.. Tora udah nggak sabar pengen jilatin bibir ngewe Tante"  "Emang kamu nggak jijik?"  "Justru saya suka banget. Abis bibir ngewe Tante bersih. Merah lagi"Tanpa menunggu pertanyaan yang akan dilontarkannya lagi, aku langsung menjulurkan lidahku menuju lubang bibir ngewe nya. Dia hanya bisa melenguh.."Ooh.. Sshhtt.. Tora..", desahnya sambil tangannya menjambak rambutku. Mungkin karena baru pertama kalinya dia merasakan sensasi seperti itu.Bibir ngewe nya terasa asin di lidahku dan cairan yang keluar lumayan banyak. Tak kusia-siakan cairan itu mengalir begitu saja. Aku menyedotnya hingga terasa cairan kental asin melewati lidah hingga tenggorokanku. Setelah puas membersihkan cairannya, lalu lidahku menuju klitorisnya. Jambakan di rambutku bertambah keras dan desahannya semakin menjadi.."Teeruus.. Di siituu.. Saayaanghh.. Oohh good.. Saayaanghh.. Saayyaanghh.. Ohh.. Enaak.. Sthhsstthh.."Sekarang dia tidak lagi memanggilku Tora, tapi sayang. Aku semakin cepat menggerakkan lidahku berputar-putar di klitorisnya dan sesekali aku menyedotnya dengan keras. Beberapa detik kemudian kurasakan badannya bergetar dan kedua tangannya menekan kepalaku ke bibir ngewe nya sehingga aku sedikit susah bernafas. Mungkin dia sudah mau keluar, pikirku. Aku semakin kuat menjilatinya hingga tanpa sadar dia berteriak.."Ahh.. Saayaanghh.. Taanntee.. Mauu keelluuaarr.. Ahh.."Ada cairan yang keluar dari bibir ngewe nya. Kujilat dan kutelan lagi karena rasanya enak dan aku menyukainya. Lalu aku bangun. Kulihat wajahnya tersenyum puas."Makasih Sayang, sekarang masukin penis mu, Sayang. Tante sudah nggak tahan"  "OK Tante", jawabku.Lalu dibimbingnya penis ku menuju bibir ngewe itu. Begitu masuk rasanya hangat sekali. Dan tidak lebar seperti yang pernah kubayangkan."Ohh.. Bibir ngewe Tante enak banget.. Masih keset. Kaya perawan..", mendengar ucapanku dia tersenyum.  "Sekarang puas-puasin ngewe Tante yah!"Aku mulai memaju mundurkan bokong ku. Sleep.. Slepph.. Sleepph, bunyi di antara selangkangan kami. Tante Merry semakin meracau.."penis . Enaakk.. Sodok yang keraas saayaang.. Tante mau keluar lagii.. Ahh"Kuturuti permintaannya hingga penis ku terasa mentok di perutnya. Lalu tubuh Tante Merry mengejang untuk yang kedua kalinya. Setelah 30 menit mengocok penis ku di dalam bibir ngewe nya, penis ku terasa geli-geli nikmat. Sedetik kemudian tanpa sadar gerakan badanku semakin cepat."Taanntee.. Saayyaa.. Mauu.. Keelluuaarr.. Ahh.."  "Keeluuariin di daalaam saayaangh.."Tangannya menahan gerakan pantaku. Akhirnya.. crroot.. crroott.. croott.. Penis ku terasa meledak. Lalu kutindih tubuhnya. Kami berpelukan selama beberapa menit."Makasih ya sayang, udah puasin Tante. Ini rahasia kita berdua OK?"  "Saya juga senang bisa puasin Tante. Kapan saja Tante mau, saya siap"Setelah itu aku mandi karena jam sudah menunjukkan pukul 9:30. Selesai mandi aku langsung pulang.Sejak saat itu aku sering ngewe dengan Tante Merry. Kalau dia sedang horny, dia jemput aku dengan menelepon terlebih dahulu untuk check-in di hotel atau bungalow. Sampai dengan saat ini (2 bulan sejak pertama mengewe Mamanya) Hendrik masih belum mengetahui apa yang terjadi antara aku dengan Mamanya.